SELAMAT JUMPA,
Apa kabar, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan taufik dan hidayah, sehingga dapat melanjutkan tugas suci, YANG bermoral dan berbudaya

LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR

LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
SISWA AKTIF BELAJAR

Kamis, 29 April 2010

PEMBELAJARAN BERMAKNA

A. Pendahuluan
Pada dasarnya prinsip belajar lebih dititikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi.
Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah ” . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu “. Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah . a way working with students … A process of interaction . the teacher does something to student, the students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah ” . suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar. Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu
  1. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan  pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
  2. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.
  3. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri. Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar, mengajar dan pembelajaran ádalah tiga permaslahan yang tidak dapat dipisahkan ibarat sisi mata uang. Karena ketiga persoalan tersebut sama-sama merupakan proses untuk memperoleh ilmu pengetahun yang bermuara pada perubahan tingkah laku.

A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :
  1. Siswa, Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
  2. Guru, Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
  3. Tujuan, Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
  4. Materi Pelajaran, Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
  5. Metode, Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
  6. Media, Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
  7. Evaluasi, Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.


3. Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
  1. siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
  2. guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,(aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
  3. guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,
  4. orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
  5. guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
•Motivasi belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)

•Bahan belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
Alat Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.

• Suasana belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
  • Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
  • Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media, selain isis pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.

•Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
  • Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
  • Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing.
Metode Pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dapat dikatakan metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional. Tetapi tidak semua metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Penulisan mengenai metode di bawah ini tidak mengikuti suatu urutan tertentu, tetapi dilakukan secara acak. Diungkapkan pula kapan baiknya metode tersebut dilaksanakan serta keunggulan dan kekurangan metode tersebut.
`Sebelum memutuskan metode mana yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar, maka
seorang pengajar perlu memperhatikan beberapa pertimbangan berikut :

a. Tujuan pembelajaran.
Pertimbangan ini merupakan syarat mutlak dalam pemilihan metode yang akan digunakan. Sebagai contoh, seorang guru kesenian menetapkan cara memainkan alat musik dengan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu adalah metode ceramah, dimana diterangkan bagian-bagian dari masing-masing alat musik dan cara penggunaannya. Kemudian metode demonstrasi, siswa dapat mendemonstrasikan cara memainkan suatu alat musik dengan benar, selanjutnya metode pembagian tugas, siswa kita tugasi, bagaimana memegang gitar, bass, drum, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan memainkan suatu lagu dengan baik dan benar.

b. Pengetahuan awal siswa
Metode yang akan kita gunakan tergantung pada pengetahuan awal yang dimiliki para siswa. Jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri. Metode yang dapat digunakan hanyalah ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, praktikum, bermain peran, dan lainlain.

c. Bidang studi/pokok bahasan/aspek
Pada SLTP dan Sekolah Menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok. (1) program pendidikan umum (kognitif), (2) program pendidikan akademik, dan (3) pendidikan keterampilan (psikomotorik). Maka metode yang akan kita gunakan lebih berorientasi pada masing-masang ranah diatas yang terdapat dalam pokok bahasan/aspek.

d. Alokasi waktu dan sarana penunjang
Dalam satu jam pelajaran, kita perlu membagi waktu yang akan dipergunakan oleh masing-masing metode. Misalnya, pelajaran Kimia, metode yang akan dipakai adalah praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita gunakan. Metode ceramah sangat perlu untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan, dengan alokasi waktu sekian menit.
Kemudian memungkinkan metode diskusi, karena dari hasil praktikum, siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecahkan problem yang dihadapi.

e. Jumlah siswa
Idealnya metode yang diterapkan melalui pertimbangan rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif. Dalam kelas yang besar dan siswa yang banyak, metode ceramah yang lebih efektif, akan tetapi yang perlu diingat bahwa metode ceramah memiliki banyak kelemahan.

f. Pengalaman dan kewibawaan pengajar.
Pengalaman akan membuat seorang pengajar dapat menentukan dengan tepat metode mana yang akan dipergunakan. Kewibawaan merupakan kelengkapan mutlak yang bersifat abstrak karena guru akan berhadapan dan mengelola siswa dengan latar belakang yang berbeda beda.
Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya. Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat /cum laude/. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya. Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya? Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
1. Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual .
2. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual.
3. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
4. Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
5. Perbedaan aktualisasi diri(self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Stimulus motivasi belajar Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:
•Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
•Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Tips-tips meningkatkan motivasi belajar Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. Seperti :
•Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar. Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar. Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi. Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.
•Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif. Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.
•Cari motivator.
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

III. Konsep Belajar dan Pembelajaran
Pada tahapan ini penulis tidak membedakan makna belajar dan pembelajaran karena kedua kata tersebut secara subtansial mempunyai makna yang sama, yaitu suatu proses menuju pada perubahan, baik pengetahuan, sikap, dan tingkah laku atau sikap manusia.

A. Konsep Belajar Menurut Tokoh-Tokoh Islam
Banyak tokoh-tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan menyumbangkan pemikirannya tentang aktivitas belajar, diantara tokoh tersebut adalah Al-Ghazali dan Al-Zarnuji. Kedua tokoh-tokoh ini pemikiran-pemikirannya mewarnai dunia pendidikan di Indonesia terutama pendidikan Islam.
1. Menurut Al-Ghazali konsep belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu ta’lim insani dan ta’lim robbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia. Konsep ini biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya, dan biasanya dilakukan dengan menggunkan alat-alat indrawi. Proses ta’lim insani dibagi menjadi dua. Pertama, dalam proses belajar mengajar hakikatnya terjadi aktivitas mengekplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubhan-perubahan prilaku. Seorang pendidik mengeksplor ilmu yang dimilikinya untuk diberikan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik menggali ilmu dari pendidik agar ia mendapatkan ilmu. Al-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar mengajar.
Dalam proses ini, peserta didik akan mengalami proses mengetahui, yaitu proses abtraksi. Suatu objek dalam wujudnya tidak terlepas dari aksiden-aksiden dan atribut-atribut tambahan yang menyelubungi hakikatnya. Ketika subjek berhubungan dengan objek yang ingin diketahui, hubungan suatu terkait dengan ukuran, cara, situasi, tempat. Kemudian Al-Ghazali membagi tahap-tahap abstraksi pada dua tahapan, yaitu.a). indra menangkap suatu objek, ia harus pada jarak terten tu dari objek dan situasi tertentu, b) terjadi alkhayyal menangkap objek tanpa melihat,tetapi tangkapan-tangkapan masih meliputi aksiden-aksiden dan atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas
Agar proses belajar mengajar dapat ektif dan mendapatkan hasil yang optimal ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik, 1) mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang kotor. Karena hati sebagai sentral dalam jasad manusia dan sangat berpengaruh terhadap segala aktivitas pekembangannya. 2) mengurangi kesenangan duniawi agar hati terpusat pada ilmu dan pelajaran. 3) Sederhana dalam hal makanan, karena bila terlalu kenyang dapat mengakibatkan keras hati, mengganggu ketangkasan dan kecerdikan serta malas, dan lain sebagainya. 4) Belajar ilmu sampai tuntas. 5). Bersikap rendah diri jangan meremehkan orang lain termasuk kepada gurunya. 6). Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan dan memberi keselamatan dunia dan akhirat
Kedua yang terkait dengan ta’lim insani adalah tafakur. Tafakur diartikan sebagai proses belajar dengan mengamati kejadian alam dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Tafakur ini dapat dilakukan dengan mengosongkan jiwa dan hati yang suci..
Selanjutnya konsep belajar dengan pendekatan ta’lim robbani. Pada tahapan ini seorang manusia belajar dengan bimbingan tuhan
2. Menurut Al-Zarnuji bahwa konsep belajar mengajar adalah meletakan hubungan pendidik dan peserta didik pada tempat sesuai porposinya, seorang siswa adalah seorang yang harus selalu tekun dalam belajar, senantiasa menghormati ilmu pengetahuan dan menghormati pendidik, karena kalau siswa sudah menghormati guru dan menghormati ilmunya.

B. Konsep belajar Behaviorisme
Studi secara sistematis tentang belajar relatif baru. Sampai abad 19, belajar masih dianggap masalah dalam dunia keilmuan. Dengan menggunakan teknologi yang digunakan oleh ilmu fisika , para peneliti mencoba menghubungkan pengalaman untuk memahami bagaimana manusia belajar. Beberapa peneliti yang melakukan studi tentang belajar, antara lain :
1. Ivan paviov.
Konsep belajar yang ditawarkan oleh ivan pavlov adalah proses perubahan tingkah laku manusia atau hewan disebabkan adanya stimulus atau ransangan diberikan secara kontinyu serta terus menerus 

2. Woolfolk
Konsep belajar yang lebih efektif dan tepat agar siswa dapat menyerap semua materi pelajaran yang telah diajarkan maka seorang pendidik harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
• memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar. Misalnya, a) menekankan pada kerja sama dan kompetisi antarkelompok daripada individu. Banyak siswa yang akan memiliki respon emosional secara negatif terhadap kompetisi individu, yang memungkinkan akan digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain. b) membuat kegiatan membaca yang menyenangkan dengan cara menyediakan ruang baca yang menarik, nyaman dan menyenangkan, tidak bising dan lain sebagainya.
• membantu siswa dalam mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang menegangkan dan mencemaskan. Misalnya , mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran, b) membuat tahapan jangka pendek untuk menuju pencapaian tujuan jangka panjang, seperti ulangan harian, mingguan, dan mid semester agar siswa memiliki pembendaharaan soal untuk persiapan menghadapi ujian atau ulangan semester
• membantu siswa untuk mengnal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan mengeneralisasikan secara tepat. Misalnya menyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian nasional dan lain-lain.

3. Edward Lee Throndike
Edward mengatakan bhawa prilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada dilingkungan sehingga menimbulkan respon secara reflek. Stimulus yang terjadi setelah sebuah prilaku terjadi akan mempengaruhi perilaku selanjutnya.
Beberapa konsep belajar di atas telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi dunia pendidikan. Terlepas dari kelebihan konsep belajar behavioristik ini memiliki kelemahan-kelamahan antara lain :
• Proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam sistem saraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejala
• Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanik sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal manusia mempunyai sel control dan self regulatif yang bersifat kognitif yang terkadan tidak respon karena kegiatan itu tidak sesuai dengan keinginannya
• Proses belajar dianalogikan manusia seperti kegiatan belajar hewan sangat sulit diterima, mengingat terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara manuisa dengan hewan.

C. Konsep Belajar Kognitivisme
Kegiatan belajar tidak hanya sekedar stimulus dan respon tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan sikap mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunkan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan dan keyakinan. Pada tataran belajar kognitivisme mencakup beberapa konsep antara lain :
1. Teori Gestalt
Gestalt memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman, karena dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal dan memikirkan situasi di mana tingkah laku itu tersebut terjadi. Pada situasi belajar, keterlibatan seseorang secara langsung akan menghasilkan pemahaman yang dapat membantu individu memecahkan masalah. Proses belajar yang menggunakan insigh mempunyai ciri-ciri; a) tergantung pada kemampuan dasar individu, b) tergantung pada pengalaman masa lalu yang relevan, c) tergantung pada penagturan situasi belajar, d) didahului dengan periode mencari dan mencoba-coba, e) solusi problem dengan insigh dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara langsung., f) jika insight sudah terbentuk, maka problem-problem akan mudah diatasi.

2. Model mengelola inormasi
Dalam aliran kognisi ada berberapa teori memori yang pada umumnya menjelaskan tentang bagaimana mengelola innformasi antara lain ; a) pentingnya pengetahuan dalam belajar, b) macam-macam pengetahuan, c) memproses informasi

3. Model tingkatan-tingkatan mengelola informasi

4. Alternatif lain untuk tiga model

D.Konsep pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan sistem pembelajaran yang holistik ( menyeluruh).
Pembelajaran ini terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait, yang apabila
dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya.







IMPLIKASI DEFINISI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

A.Pendahuluan
Dalam Bab pertama telah dipersoalkan perlunya definisi baru tentang Teknologi Pembelajaran (TP) yang dapat mencerminkan pertumbuhan dan keragaman dalam kawasan Teknologi Pembelajarn, serta diharapkan dapat menjadi pencetus kreativitas dan perubahan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ely (1983) bahwa ”definisi tidak membangun kawasan, tetapi membantu menjelaskan fungsi, tujuan dan peranan apa dan siapa saja yang ada di dalam dan di luarnya”(h.2). Usaha pendefinisian ini juga mengandung tujuan lebih jauh untuk merangsang perkembangan kesatuan masyarakat ilmuwan dan praktisi yang sangat berbeda dalam filsafat, tugas (job), dan lingkungan kerjanya. Bab ini secara khusus membahas peranan dan implikasi definisi dalam kawasan yang berubah secara pesat.

B. DEFINISI DAN PERNANANNYA DALAM PERTUMBUHAN KAWASAN
1. Perkembangan Bidang Studi Tersendiri
Dalam dokumen ini terkandung pengertian bahwa Teknologi Pembelajaran merupakan suatu bidang studi tersendiri, suatu cabang pengetahuan yang terpisah. Meskipun telah berfungsi sebagai suatu bidang studi selama bertahun-tahun, bahkan telah merupakan suatu profesi, namun kemantapan status keberadaannya termasuk relatif baru bagi masyarakat luas. Mantapnya status ini dapat ditunjukkan dengan kepedulian profesional dan kejelasan lingkup teoritik. Definisi Teknologi Pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh dimensi kematangan, karena bersamaan dengan itu definisi ini memungkinkan tumbuhnya bidang studi itu sendiri lebih lanjut.
Menurut pendapat Finn (1953) karakteristik suatu profesi meliputi :
• Sekumpulan teori dan penelitian
• Teknik intellektual
• Aplikasi yang bersifat praktis
• Persyaratan latihan dan sertifikasi yang memadai
• Etika yang ditegakkan
• Asosiasi dan komunikasi di antara anggota

Selama bertahun-tahun, di bidang Teknologi Pembelajaran telah memenuhi semua kriteria ini. Proses perkembangannya telah menghasilkan sekumpulan teori tersendiri, dan prinsip-prinsip yang dihasilkannya telah diterapkan dalam berbagai keadaan.
Berkembangnya penerapan Teknologi Instruksional telah diakui secara meluas. Sedemikian jauh perkembangan ini telah sejajar dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Meskipun demikian masih merupakan isu yang diperdebatkan apakah perkembangan bidang itu telah menghasilkan sejumlah teori dalam lingkup parameter sendiri, ataukah telah memecahkan masalah sendiri, atau dikembangkan oleh ilmuwan dalam lingkungan sendiri. Semua ini merupakan inti diskusi mengenai kematangan disiplin keilmuwan TP. Kebanyakan diantara kita berpendapat bahwa kawasan desain merupakan kawasan yang paling matang dibandingkan dengan kawasan lain, karena sebagian besar teori yang terbentuk dalam penelitian yang dilakukan ada dalam kawasan ini. Meskipun akar intellektual dari desain ini berasal dari teori bidang disiplin lain, namun desain pembelajaran telah mengalami kemajuan dengan menghasilkan sejumlah penelitian dan teori tersendiri yang bersifat unik. Kita perlu menggantikan sejumlah pengetahuan dari disiplin lain yang kita gunakan dengan pengetahuan yang kita kembangkan sendiri dalam kelima kawasan TP. Hal ini merupakan arah dan tujuan perkembangan intellektual dalam bidang studi yang bersangkutan.
C. EVALUASI DEFINISI
Definisi tahun 1994 dan tahun 1977 sama-sama menekankan bahwa Teknologi Pembelajaran merupakan proses desain dan pengembangan yang komprehensif dan digunakan untuk memcahkan masalah pembelajaran dan belajar. Dalam kedua definisi tersebut Teknologi Pembelajaran dipandang sebagai bidang studi yang berorientasi sistematis. Namun terdapat pertanyaan pula bahwa TP dipandang sebagai ”suatu mengenai belajar” sebagaimana dikemukakan oleh Armsey dan Dahl (1973), meskipun hal ini tidak dipersoalkan lagi dalam karya di bidang studi. Definisi tahun 1994 sekarang ini konsisten dengan teori dan praktik dalam bidang studi, meskipun pendapat umum atau mereka yang tidak berpendidikan dalam TP menganggap bahwa sebagai profesi bidang ini mempunyai orientasi perangkat keras.
Isu yang lebih penting ialah tentang perlunya diperoleh kesepakatan di antara para ilmuwan dan prakstisi di bidang studi mengenai persoalan yang berkaitan dengan ruang lingkup Teknologi Pe,belajaran dan membedakannya dari bidang studi lain. Tugas ini penting artinya bagi sebuah definisi, karena pada hakekatnya terikat pada permasalahan yang menjadi perhatiannya. Dalam suatu disiplin yang telah matang, terdapat kesepakatan mengenai masalah yang berhubungan dengan lingkup kajian dan praktiknya, termasuk masalah baru yang akan muncul seiring dengan perubahan masyarakat. Keputusan seperti itu tidaklah sulit jika batasan konseptual bidang studi yang bersangkutan itu jelas. Demikian juga tidak akan ada kesulitan bilamana definisi bidang studi untuk dapat diterima dan dipahami secara luas. Batasan konseptual Teknologi Pembelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan struktur yang disarankan oleh kelima kawasan bidang studi., sebab kelimanya mencerminkan wilayah praktek dan spesialisasi yang utama. Validitas definisi dan keunikan bidang studi, selanjutnya tergantung pada kejelasan dan kelengkapan kawasannya.
Pertumbuhan definisi Teknologi Pembelajaran juga sejajar dengan perubahan pendangan mengenai kawasan bidang studi. Misalnya, kawasan pengembangan pembelajaran yang dirumuskan dalam definisi tahun 1977, telah tumbuh menjadi tiga kawasan terpisah dalam definisi tahun 1994, yaitu : desain, pengembangan dan penilaian. Pertumbuhan ini terjadi karena meningkatnya kegiatan dan proses yang berlangsung dalam teori dan praktik.
Perubahan definisi ini lebih bersifat evolusi dari pada revolusi. Perubahan secara bertahap mencerminkan unsur stabilitas dan adanya persamaan pengertian diantara para teknolog pembelajaran. Secara fundamental, stabilitas ini mencerminkan komitmen bidang studi terhadap penggunaan model desain sistem pembelajaran sebagai orientasi utama dalam menciptakan dan mengelola lingkungan belajar. Kecuali itu telah ada kesepakatan bersama tentang pentingnya mediasi dan visualisasi dalam proses pembelajaran. Kesamaan pengertian ini mengingatkan pada deskripsi Kuhn tentang paradigma sebagai komitmen masyarakat ilmuwan terhadap kerangka konseptual implisist , tersirat dan meresap ”(Shulman, 1986:4). Selanjutnya Kuhn (1962) menyatakan bahwa penggunaan paradigma yang dominan dalam sebuah bidang studi merupakan karakteristik sebuah kematangan disiplin yang bersangkutan.
Disamping adanya kesepakatan mengenai landasan tersebut, terdapat pertumbuhan sejumlah perspektif dan pendekatan alternatif. Hal ini telah dibahas dalam Bab III. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah : ”apakah penjelasan dan perspektif alternatif mengenai proses belajar mengajar itu memperkaya atau justru memecah bidang studi? Apakah kerangka definisi dan kawasannya telah mencakup posisi alternatif teoritis?”
Sementara sebuah definisi disiplin ilmu mencerminkan pertumbuhan bidang studi, bisa juga dikatakan bahwa definisi yang belum matang (prematur) dapat mempersempit bidang studi secara intellektual , sehingga menghambat pertumbuhan. Sebagai contoh definisi dan kawasan TP sebagaimana disajikan disini mencerminkan elemen-elemen sebuah pendekatan sistem dalam pendidikan. Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa posisi ini berdampak membatasi bidang studi dan menghalangi pemecahan masalah secara kreatif. Hal itu selanjutkan akan dapat menghambat pembentukan perspektif alternatif baru. Oleh karena itu definisi yang dikehendaki adalah definisi yang menjelaskan wilayah atau batasan (kapling) bidang studi TP, tetapi tidak menghambat pemikiran anggotanya. Diharapkan definisi 1994 juga berfungi demikian.

D. DEFINISI DAN PERANANNYA DALAM KOMUNIKASI
1. Elemen Yang Meningkatkan Komunikasi
Shulman (1986:4), menyimpulkan bahwa ”kemampuan untuk berkomunikasi merupakan penentu utama keanggotaan bermasyarakat”. Kemampuan berkomunikasi merupakan pertumbuhan dari :
• Kesamaan latihan dan budaya
• ‘;Kesamaan nilai dan tujuan konseptual, dan
• Kesamaan pengalaman
Kesemuanya ini merupakan prasyarat keanggotaan dalam masyarakat profesional.
Latihan formal meningkatkan keterlibatan dalam profesi dan komunikasi dengan pihak lain karena memberikan dasar pustaka serta prinsip dan praktek dalam bidang studi dan juga menunjukkan penerapan terbaik dalam pekerjaan. Selanjutnya, latihan juga memberikan pengertian tentang sejarah, seperangkat kesamaan definisi dan kesempatan mengikuti perdebatan dan kontroversi mengenai bidang studi. Latihan formal juga cenderung menciptakan kesepakatan mengenai masalah dan paradigma disiplin ilmu. Ringkasnya, pendidikan dan latihan formal meningkatkan kesamaan pemahaman tentang definisi bidang studi.
Banyak pemuka ddan pembuka jalan (pioneer) dalam Teknologi Pembelajaran menerima latihan formal mereka di bidang studi lain, seperti psikologi, rekayasa, komunikasi (dan/atrau pendidikan). ”Silsilah atau hubungan kekeluargaan” itu memperkaya kultur akademik dan mengembangkan konsep bahwa Teknologi Pembelajaran merupakan keturunan intellektual dari berbagai bidang studi lain. Namun sejarah ini juga merupakan topik perdebatan mengenai hakekat Teknologi Pembelajaran.
Dewasa ini para pemuka cenderung memperoleh pengetahuan mereka dan program pascasarjana universitas dalam bidang Teknologi Pembelajaran . Hal ini jelas berlaku untuk para pemuka akademik dan cenderung untuk pemuka praktisi. Dengan semakin meningkatnya rutinitas untuk memeasuki profesi bidang studi, maka akan semakin dipeoleh kesepakatan mengenai landasan pengetahuan dan batasan bidang. Adanya kesamaan latar belakang profesional itu semakin membesarkan kesamaan mengenai nilai pendidikan dari bidang studi. Kesamaan latar belakang ini memberikan konstribusi yang sangat berarti dalam berkembangnya kesamaan budaya, termasuk semakin efektifnya komunikasi dalam masyarakat akademis dan praktisi Teknologi Pembelajaran.
Meskipun demikian, kesamaan latar belakang pengalaman juga menumbuhkan semangat kekerabatan dalam bidang studi. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kerancuan mengenai definisi bidang studi. Terdapat banyak pekerjaan dimana orang dapat menerapkan prinsip Teknologi Pembelajaran. Tiap latar pekerjaan tersebut mempunyai budaya sendiri dan keragaman budaya itu akan dapat menghambat komunikasi diantara kaum profesional tersebut tidak disebabkan oleh kurangnya kesepakatan dalam definisi, melainkan karena pengaruh keragaman kelompok dan kultur di kalangan praktisi Teknologi Pembelajaran.
2. Kesadaran Komunitas
Pada tahun 1953 James Finn mengemukakan bahwa dalam rangka pembentukkan watak suatu profesi, maka komunikasi perlu difasilitasi oleh assosiasi para profesional. Secara singkat dapat dikatakan bahwa adanya assosiasi dapat menciptakan kesadaran komunitas. Kecuali assosiasi diantara para praktisi yang bergerak dalam lingkungan tertentu, terdapat juga beberapa assosiasi profesi resmi dalam bidang Teknologi Pembelajaran. Beberapa diantaranya seperti : Association for Educational Communication ang Tecnology (AECT), yang menghimpun masyarakat dengan latar belakang minat yang berlainan dan angggota-anggotanya pun berasal dari berbagai komunitas pekerjaan. Assosisasi lain seperti International Visual Literacy Assosciation yang memfokuskan diri pada suatu bidang minat meskipun para anggotanya mempunyai latar belakang dari berbagai komunitas. Kapan para profesional para profesional dengan keragaman komunitas kerja dan keragaman minat bersatu, maka kemungkinan kesulitan berkomunikasi akan semakin besar daripada kalau mereka terikat dalam suatu bidang tertentu saja.
Dengan munculnya Teknologi Pembelajaran sebagai bidang studi tersendiri yang cakupannya luas, maka diperlukan sekali adanya hubungan diantara para komunitas Teknologi Pembelajaran yang memungkinkan komunikasi ke arah tujuan bersama. Kebersamaan definisi memungkinkan terjadinya hal ini, terutama kesamaan definisi dan pemehaman mengenai hakekat bidang studi. Namun, definisi itu harus cukup luas untuk mencakup berbagai minat dan kekhususan yang ada dalam bidang. Inilah yang menjadi fungsi dari kelima kawasan dan berbagai komponen yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, definisi itu harus merupakan ”rumah” untuk semua anggota dari masyarakat profesional yang beragam ini, maka dengan definisi akan lebih mudah untuk menyepakati standar, kode etik, dan posisi kebijakan. Termasuk pula kesepakatan dalam pengetahuan dan keahlian teknis di atara berbagai kelompok Teknologi Pembelajaran.
Identitas profesional tidak hanya sekedar pemasangan label pada diri seseorang. Identitas itu terjamin dan tersuburkan dengan adanya kesadaran arah yang jelas, serta dengan adanya pengalaman kerja dan hubungan dengan orang lain yang mempunyai latar belakang sama. Meskipun definisi bersama mengenai suatu bidang tidak menjamin adanya kesadaran identitas tentang bidang, namun identitas itu akan sulit diperoleh tanpa kesamaan definisi tersebut. Kesadaran akan komunitas dan identitas akan sangat tergantung pada keluasan pendefinisian dan sejauh mana definisi itu memungkinkan adanya perbedaan dan perkembangan kreatif.


E. DEFENISI DAN PERANANNYA DALAM PENYUSUNAN AGENDA
1. Pengembangan Agenda Untuk Penelitian Dan Praktek
Pertumbuhan dan perkembangan dalam suatu bidang studi tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena adanya acara khusus yang konkrit mengenai hal itu. Acara-acara itu dapat merupakan kegiatan khusus dari pemuka yang berpengaruh atau yang berlangsung secara abstrak yang merupakan cerminan dari iklim intellektual dan sosial pada zamannya. Cobb dan Elder (1983) ketika membahas agenda politik, menyatakan bahwa ”Isi dan dinamika penyusunan agenda mmerupakan fungsi konteks sosial, politik dan ekonomi tempat proses ini dipadukan. Konteks itu secara kkonstan berubah, dengan menciptakan kendala baru dan mengubah yang lama” (h.188).
Dalam sejaran Teknologi Pembelajaran terdapat kekuatan sosial dari peristiwa penting yang selalu memepengaruhi agenda bidang studi. Salah satu contohnya adalah pengaruh Sputnik Rusia terhadap reformasi pendidikan AS. Kekuatan lain yang mempengaruhi perkembangan teknologi adalah tuntutan di kalangan militer dan industri untuk adanya latihan yang ceppat dan efektif. Secara intellektual perngaruh teori Robert Gagne pada kondisi belajar dan pengaruh penekakan tujuan behavioral juga berfungsi sebagai konteks suatu pertumbuhan Teknologi Pembelajaran . Teknologi yang berkembang secara cepat dalam masyarakat kita memmpunyai makna sosial dan intelektual yang penting bagi Teknologi Pembelajaran.
Kekuatan-kekuatan ini dengan kedisiplinan agenda masing-masing, telah membentuk pendekatan umum ke arah penyususnan penelitian dan teori, teknik, dan prinsip-prinsip praktek dalam bidang studi. Kadang – kadang pengaruh susunan agenda itu tampak dengan jelas. Perkembangan teknologi merupakan contoh yang paling jelas, meskipun ada juga contoh lain. Gerakan konstruksivisme dirasakan akibatnya bagi berbagai disiplin lain yang tidak terkait. Kekuatan politik menuntutpenekakan pada pengujian, sedangkan kekuatan sosial menekankan pengaruh keberagaman dalam belajar.
Agenda juga membantu pertumbuhan dan perubahan baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Agenda tertulis ditemukan dalam petunjuk legislatif untuk pendanaan. Agenda tidak tertulis tetapi juga berpengaruh, tampak dalam perubahan kurikulum dalam program universitas. Agenda tidak ttertulis juga terlihat dalam pemilihan bahan pembicaraan dan pembicaraannya dalam pertemuan tahunan assosiasi profesi. Definisi bidang studi yang disajikan disini juga memiliki implikasi dalam susunan agenda TP. Apabila definisi itu diterima secara luas dan dipadukan dalam budaya bidang studi, maka definisi itu dapat berimplikasi pada agenda penelitian dan agenda praktek. Implikasi itu tampak dalam aspek-aspek yang berbeda dari definisi tahun 1977. Perbedaan itu menekankan arah baru kemana bidang studi itu telah bergerak atau cenderung bergerak. Dengan adanya perbedaan itu definidi memiliki potensi untuk berfungsi sebagai bagian dari proses pembangunan agenda bidang studi.
2. Implikasi Untuk Agenda Profesional Baru
Perbedaan umum antara definisi tahun 1977 dan definisi tahun 1994 adalah :
• Perubahan nama bidang studi
• Perubahan orientasi utama kegiatannya; dan
• Perubahan dalam kawasan
`Adanya perbedaan inilah yang merupakan kunci sumber pengaruh pada arah pertumbuhan dan perkembangan bidang studi.
Perubahan nama pada satu sisi merupakan perubahan yang tampak paling jelas tetapi di sisi lain tidak terlalu penting. Rasional perubahan itu sudah di bahas dalam Bab I. Nama yang baru menekankan perubahan utama dalam arena praktek selama periode tujuh belas tahun antara kedua definisi tersebut. Pada dasawarsa 1970-an, perhatian sekolah dan pendidikan anak masih mendominasi bidang studi. Dewasa ini lebih luas lingkungan yang mencakup sebagai lapangan profesional kita. Hal ini mengarah pada peneliti dan praktisi untuk memperhatikan pembelajar pada semua usia, dengan keragaman isi, dan dengan kendala yang ada dalam berbagai latar organisasi. Keragaman aplikasi prinsip dan praktek dalam bidang studi, menghendaki teori dan peneliti baru. Kebutuhan itu cenderung berlanjut selama beberapa waktu.
Kunci perbedaan kedua terletak pada orientasi utama dari setiap definisi yang disajikan dalam Bab I. Pada definisi 1977 bidang studi itu pada dasarnya dinyatakan sebagai proses. Definisi itu memfokuskan diri pada pemecahan masalah, dan meskipun akar teoritik yang kuat ditunjukkan, namun definisi itu berorientasikan pada praktek. Sedangkan definisi 1994 dinbyatakan dengan jelas bidang studi merupakan wilayah pengetahuan dan kajian yang dapat diaplikasikan dalam situasi p-raktis. Arah itu ditentukan untuk memungkinkan berkembang menjadi suatu disiplin yang berdiri sendiri. Perubahan ini mengimplikasikan perlunya lebih banyak lagi penelitian dan teori yang bersifat unik dalam bidang studi, dan berkurangnya ketergantungan pada produk teori dan penelitian dan penelitian bidang studi lain.
Perubahan yang paling menonjol terletak pada konfigurasi kawasan, serta pejabaran komponen dalam tiap kawasan. Perubahan ini mengandung makna luas. Dalam definisi 1977 ada tiga kawasan yaitu : manajemen pembelajaran, pengembangan pembelajaran dan sistem pembelajaran. Dalam definisi baru sekarang terdapat lima kawasan yang masing-masing memiliki empat komponen yang semuanya sudah dibahas secara rinci dalam Bab II.
Setiap kawasan dalam definisi tahun 1994 memrlukan landasan penelitian dan teori tersendiri dari pada menggantungkan pada pengetahuan bidang studi lain. Landasan penelitian kawasan itu tidak sama perkembangannya. Ada wilayah kajian yang sedikit perkembangannya, dan ada wilayah kajian lain yang sangat berkembang. Kawasan yang belum berkembang dan komponen-komponennya mempunyai implikasi besarpada perlunya agenda penelitan dan praktek baru dalam bidang studi.

F. RINGKASAN DAN SIMPULAN
Definisi pembelajaran tahun 1994 memebrikan penjelasan lebih lanjut mengenai batasan intellektual bidang studi. Serta mengidentifikasi dan menekannkan hubungan dan ketergantungan diantara kawasannya. Definisi itu adalah bersifat stipulatif, yaitu tidak hanya mendeskripsikan apa bidang studi itu dewasa ini tetapi juga merumuskan penelitian yang diperlukan di masa mendatang. Definisi itu dimaksudkan untuk membantu perkembangan bidang studi lain dan sekaligus meningkatkan komunikasi diantara para profesional dalam masyarakat Teknologi Pembelajaran .
Meskipun definisi menyoroti batasan bidang studi, namun tidak ada maksud untuk mempersempit bidang studi atau membatasi kreativitas para anggotanya. Teknologi pembelajaran selama ini telah dipandang sebagai suatu kiat daripada suatu pengetahuan. Karakteristik ini akan tetap dikenal bilamna kreativitas para teknolog pembelajaran dibatasi pada usaha mempertahankan keberadaan bidang studi tanpa mepedulikan pengembangan definisi lain.

Jumat, 16 April 2010

HUBUNGAN KURIKULUM DENGAN PEMBELAJARAN

Para Ahli Pendidikan belum sepakat tentang definisi kurikulum, namun demikian ada beberapa tokoh yang sependapat tentang pengertian kurikum antara lain :

  1. ( Hilda Taba, 1962 ). Kurikulum lebih luas dari pada sekedar rencana pelajaran, tetapi meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan di bawah bimbingan satuan pendidikan. Artinya bahwa kurikulum bukan hanya berupa dokumen bahan cetak melainkan rangkaian aktivitas siswa yang dilakukan di dalam kelas, di luar kelas, di laboratorium, di lapangan maupun di lingkungan masyarakat yang direncanakan serta dibimbing oleh sekolah.

  2. ( Schubert,1986 ) Kurikulum harus memuat pernyataan tujuan, menunjukkan pemilihan dan pengorganisasian bahan pelajaran serta rancangan penilaian hasil belajar Kurikulum merupakan bahan pelajaran atau mata pelajaran yang dipelajari siswa, program pembelajaran, hasil pembelajaran yang diharapkan, reproduksi kebudayaan, tugas dan konsep yang mempunyai ciri-ciri tersendiri, agenda untuk rekontruksi social, serta memberikan bekal untuk kecakapan hidup

Penjelesan di atas dapat diambil sebuah simpulan bahwa kurikulum merupakan desain bahan pelajaran yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi desain kurikulum, karena tujuan tersebut dapat menentukan \kerangka untuk memilih, merencanakan dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan belajar di sekolah atau madrasah .

Sedangkan pengertian pembelajaran beberapa tokoh berpendapat :

  1. Gagne mendefinisikan pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar

  2. Yusufhadi Miarso ( 2005 ) memaknai istilah pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar ( learner centerd ). Istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah pengajaran yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru ( teacher centered ). Oleh karenanya, kegiatan pengajaran perlu dibedakan dari kegiatan pembelajaran.

Definisi di atas dapat ditarik satu pemahaman bahwa, pembelajaran adalah proses yang disengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu.


B. Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran.

Kalau diamati secara seksama antara kurikulum dengan pembelajaran dengan memperhatikan defenisi di atas maka, kedua permasalahan tersebut dapat dikatakan, kurikulum dengan pembelajaran sangat erat hubungannya ibarat pepatah setali mata uang yakni saling berinterkasi satu dengan lainnya. Hali ini dipertegas dengan pendapatnya Mac Donald, menurutnya, sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu :

  1. mengajar merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru kepada peserta didik.

  2. Belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru.

  3. Pembelajaran adalah keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interkasi belajar-mengajar

  4. Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

Pendapat serupa yakni Zais, dia menjelaskan bahwa, kebaikan suatu kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberikan pedoman dan mengatur lingkungan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum (curriculum document or inert curikulum. Sedangkan kurikulum yang diopersional di kelas merupakan kurikulum fungsional.

Kedua pendapat tokoh tersebut sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau kurikulum 2006 yang tercantum dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan inilah yang saat ini dipakai oleh semua lembaga pendidikan di Indonesia di mana kurikulum tersebut tidak hanya berisi materi pelajaran, struktur kurikulum, jumlah jam tatap muka perminggu tetapi mencakup tentang desain intraksional atau Rencana Program Pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar-mengajar guru. Sebagaimana diatur oleh Badan Nasional Standar Pendidikan ( BNSP )

Sedangkan menurut Taba, batas antara kurikulum dan pembelajaran sangat relatif, bergantung pada tafsiran guru. Sebagai contoh dalam kurikulum (tertulis), isi harus digambarkan serinci mungkin agar mudah dipahami guru, tetapi cukup luas dan umum sehingga memungkinkan mencakup semua bahan yang dapat dipillih oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa serta kemampuan guru. Kurikulum memberikan pegangan bagi pelaksanaan pengajaran di kelas, tetapi merupakan tugas dan tanggungjawab guru untuk membelajarkannya


C. Simpulan dan Penutup

Dari pemaparan para tokoh pendidikan dapat disimpulkan bahwa, kurikulum dan pebelajaran pada hakekatnya sama. Karena sama-sama memuat isi, tujuan, materi dan strategi pembelajaran. Dalam proses kegiatan belajar mengajar membutuhkan desain pembelajaran. Selanjutnya pada desain pembelajaran terdapat materi dan tujuan kegiatan belajar dan pembelajaran. Sehingga tidak dapat dibedakan antara kurikulum dan proses pembelajarannya . letak perbedaannya pada implemtasi kurikum bagi sekolah dan bagi guru

Minggu, 11 April 2010

TUJUAN PENDIDIKAN

Perencanaan kegiatan yang terkait dengan kehidupan sekolah setiap hari yang tidak akan menumbuhkan sesuatu yang kosong. Hal itu dirumuskan melalui berbagai forum untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih besar. Tujuan pendidikan menghadirkan hal-hal yang berbeda pada tingkatan yang lebih umum.Yang mana maksud atau tujuan pendidikan itu dikembangkan. Di dalam tulisan ini penulis akan membicarakan permasalahan-permalahan yang berhubungan dengan tujuan pengembangan pendidikan. Yang termasuk dalam analisis ini adalah ; tipe-tipe tujuan, prosedur pengembangan tujuan, seperti kreteria-kreteria untuk menganalisis pernyataan tujuan yang dimaksud.

Hal-hal yang diharapkan setelah membaca tulisan adalah :

  1. membedakan tipe-tipe tujuan pendidikan
  2. menggambarkan maksud dari tujuan-tujuan lain
  3. menggambarkan peranan tujuan dalam perencanaan kurikulum
  4. mengidentifikasikan contoh-contoh dari tujuan
  5. menggambarkan prosedur pengembangan tujuan pendidikan
  6. menggambarkan prosedur untuk menganilis tujuan pendidikan
  7. menggambarkan tujuan khusus yang tercantum dalam tujuan umum
  8. mengidentifikasikan contoh-contoh dari tujuan umum

A. Tipe-Tipe Tujuan

Selama bertahun-tahun, telah ada beberapa kebingungan tentang perbedaan antara pernyataan tujuan dan tujuan pendidikan. Banyak sekali ide-ide yang telah disampaikan untuk menyelesaikan kebingungan ini. Sesuai dengan kerangka kerja kurikulum yang telah dijelaskan sebelumnya, kita akan menggunakan definisi berikut dalam kaitannya dengan pernyataan tujuan pendidikan.

Ada beberapa pendapat tentang tujuan pendidikan :

ð Goals : merupakan tujuan yang lebih luas daripada sebuah lembaga pendidikan atau totalitas

program pendidikan nasional yang ingin dicapai sebuah negara

ð General Objectives : pernyataan yang mencerminkan tujuan sebuah lembaga pendidikan ( satuan pendidikan ) atau tingkat program sekolah, seperti SD, SMP, atau SMA

ð Specific objective : sebuah pernyataan yang mencerminkan jangka pendek atau tujuan yang lebih langsung terlibat dalam suatu kegiatan belajar mengajar, seperti rencana harian yang merupakan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan kegiatan belajar mengajar

Meskipun dikembangkan dalam kaitannya dengan berbagai tingkat proses pendidikan, ketiga jenis tujuan tersebut harus sangat interaktif. Tujuan umum harus turut berperan dalam pencapaian tujuan khusus; juga, tujuan khusus harus mengarah ke arah pencapaian tujuan umum. Demikian pula, proses menentukan tujuan khusus mungkin membutuhkan revisi, perbaikan, atau mengklarifikasi tujuan umum. Perhatian pada sifat interaktif berbagai tujuan pendidikan memastikan koordinasi dan konsistensi dalam rencana kurikulum. Kurangnya perhatian tersebut dapat mengakibatkan kebingungan, tentang apa yang seharusnya bentuk rencana kurikulum

Biasanya, tujuan pendidikan dikembangkan dalam dua bentuk: sasarannya siswa dan tujuan kelembagaan. Keterangan tentang tujuan belajar, jenis-jenis perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap pembelajar kami berharap akan memperoleh sebagai hasil dari pengalaman mereka dalam keseluruhan program pendidikan. ¬ Lebih lanjut lagi, tujuan ditujukan untuk semua pelajar, meskipun, dalam kenyataannya, beberapa orang saja yang mencapai tujuan pendidikan.

Faktor penting bahwa semua peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengejar tujuan untuk tingkat apa pun yang mungkin bagi mereka. Contoh pernyataan tujuan umum akan dibahas dalam bab ini. Pada titik ini, kita dapat mencatat berbagai hal yang berkaitan dengan tujuan pengembangan yang meliputi,

· Pengembangan kesehatan mental dan fisik

· Pengembangan keterampilan kewarganegaraan

· Memahami dan menghormati orang lain

· Penguasaan keterampilan komunikasi dasar

Tujuan kelembagaan menentukan peranan sekolah dalam membantu kaum muda mencapai tujuan belajar serta mengklarifikasi peran sekolah dalam masyarakat. Secara garis besar tujuan kelembagaan adalah program-program \yang akan dilakukan sekolah. Biasanya, tujuan kelembagaan mencakup pernyataan-pernyataan seperti berikut:

■ menjamin pemerataan kesempatan pendidikan bagi semua masyarakat

■ memberikan lingkungan yang sehat yang dapat mendukung bagi pelajar

■ menawarkan kesempatan pendidikan bagi semua warga negara

■ memberikan kontribusi pada perbaikan kehidupan masyarakat

Kita mencatat tempat dan kekuatan kurikulum dalam belajar. Mereka yang bertanggung jawab untuk tujuan pengembangan harus mengakui bahwa di luar kurikulum sekolah dapat mempengaruhi pencapaian tujuan. Dalam beberapa kasus, rumah, masyarakat, bank, dan badan-badan lain dapat membantu pelajar mencapai tujuan. Dalam kasus lain,, mereka dapat menghambat pencapaian tujuan. Sebagai contoh, rumah yang mendukung yang dapat meningkatkan kesehatan mental, sedangkan rumah yang tidak mendukung dapat benar-benar berkontribusi terhadap kesehatan mental yang miskin. Juga harus diakui bahwa tujuan kelembagaan sering di tatang oleh kekuatan-kekuatan di luar sekolah. Sebagai contoh, penyediaan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua peserta didik adalah tujuan yang mengikuti tidak hanya dari konsep pendidikan publik, tetapi juga dari Undang-undang atau permen diknas tentang fungsi sekolah. Pengaruh eksternal, par ¬ ticularly putusan pengadilan, kadang-kadang bertentangan dengan pendapat lokal tentang fungsi sekolah. Dalam kebanyakan kasus kebijakan telah bertindak dalam kepentingan terbaik orang-orang muda dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Meskipun demikian beberapa sekolah telah dipaksa untuk bertindak melawan mereka, dua faktor yang melampaui pendapat lokal. Pada kenyataannya, mereka sangat penting untuk mengidentifikasi tujuan yang berharga bagi kelembagaan.

Sementara tujuan pelajar dan mewakili tujuan kelembagaan, berbeda jenis tujuan, mereka jelas harus berfungsi dalam cara yang interaktif. Tujuan pelajar mewakili perilaku, pengetahuan, latihan, dan sikap kami berharap akan mencapai orang-orang muda. Kelembagaan menentukan apa yang akan dilakukan sekolah sehingga tujuan pelajar dapat direalisasi semaksimal mungkin. Bersama-sama, mereka memberikan pengarahan bagi kurikulum, spesifik rencana yang merupakan jantung dari proses pendidikan.


2. Mengembangkan Sasaran

Mengingat pentingnya tujuan dalam perencanaan kurikulum, bahwa mereka harus dikembangkan dengan hati-hati dan sistematis. Dalam rangka untuk memastikan bahwa ini adalah problematika, tiga prinsip yang harus diingat. Pertama, tujuan harus didasarkan atas bidang dasar filsafat, ¬ sosiologi, dan psikologi. Kedua, tujuan harus dikembangkan melalui partisipasi berbagai kelompok. Ketiga, pernyataan tujuan harus lebih spesifik dan, jika perlu, memberikan penjelasan makna mereka.

3 Menerapkan Dasar-dasar perencanaan

Penggunaan dasar-dasar dari berbagai daerah di tujuan pengembangan tercermin dalam tiga pertanyaan.

1. Apakah sekolah dapat berkontribusi yang baik dan memuaskan dalam kehidupan

2. Apakah pelajar dapat terjamin karakteristik kontemporer dan masa depan

3. Apa kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi agar peserta didik untuk mengalami kesehatan,

pertumbuhan, dan pembangunan?


Partisipasi dalam Tujuan Pembangunan

Orangtua menyekolahkan anaknya ke sekolah untuk menerima pendidikan yang bermutu. Mereka dan warga negara lainnya memberikan dukungan finansial dan politik untuk dipertahankan terutama sekolah sebagai bagian penting dari masyarakat kita. Orang muda bergantung pada sekolah untuk membantu mereka memenuhi kepentingan dan kebutuhan mereka sekarang dan untuk masa depan. Pendidikan profesi ini didasarkan pada komitmen untuk pro ¬ viding sekolah yang bagus untuk pendidikan berkualitas. Kelompok lain dengan minat khusus prihatin bahwa sekolah membantu kaum muda memperoleh berbagai keterampilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku. Tampaknya semua orang memiliki minat dan kepentingan dalam apa yang sekolah lakukan. Dengan demikian, mereka prihatin tentang hakikat tujuan pendidikan.

Dengan kebajikan dari keprihatinan dan kenyataan bahwa sekolah yang dikelola oleh masyarakat, hampir setiap orang memiliki hak untuk berpartisipasi dalam perumusan tujuan pendidikan. Masalah dengan sudut pandang ini adalah bahwa kelompok-kelompok yang berbeda memiliki pendapat yang berbeda tentang apa seharusnya. Selain itu, beberapa kelompok berbicara lebih keras daripada yang lain, dan pendapat mereka dapat melayani kepentingan khusus daripada anak muda dan masyarakat umum.

Dengan demikian, kunci proses tujuan pembangunan adalah partisipasi didasarkan pada pendapat berpendidikan. Untuk mempertimbangkan bagaimana hal ini bisa dicapai, ada beberapa langkah yang dipertimbangkan serangkaain tujuan :

  1. Dibentuk sebuah panitia pengarah yang di dalamnya ada perwakilan dari kelompok-kelompok seperti warga negara, guru, siswa, administrator, dan dewan sekolah.
  2. Komite pengarah mempelajari pernyataan tujuan dan konsep-konsep penting dari yayasan. kemudian disusun dan disajikan kepada kelompok lain.
  3. Mengadakan serangkaian pertemuan terbuka bagi warga negara, pendidik, wali murid, dan lain-lain. Pada setiap pertemuan tersebut, ketua komite menginformasikan hal-hal yang terkait dari yayasan. Semua unsur diundang untuk menyampaikan saran-saran untuk tujuan pendidikan.
  4. Ketua Komite menganalisa saran dari unsur yang berkompeten dan mengembangkan tujuan
  5. Rancangan kerja disajikan rapat pleno untuk dievaluasi
  6. Ketua Komite mengembangkan serangkaian tujuan yang didasarkan hasil rapat pleno. Kemudian diserahkan untuk disetujui oleh dewan sekolah.
  7. Himpunan tujuan kemudian dipublikasikan di media

Proses seperti itu menjamin bahwa semua pihak yang berkepentingan memiliki kesempatan untuk menyarankan tujuan pendidikan. Sehingga semua unsur dapat terwakili untuk menyampaikan keinginan baik yang bersumber dari wali murid, komite, yayasan dan tokoh masyarakat ,dan tujuan pendidikan akan tercapai.

Definisi Tujuan

Menurut definisi, tujuan yang luas dan pernyataan-pernyataan umum tentang tujuan pendidikan nasional. Untuk alasan ini bahasa yang digunakan dalam pernyataan tujuan sering kali berisi terminologi ambigu. Sebagai contoh, satu tujuan mungkin menunjukkan bahwa pembelajar akan "mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk zenship ¬ Citi efektif dalam demokrasi." Tidak hanya konsep demokrasi mempunyai banyak arti, tapi ada banyak pendapat tentang apa yang merupakan keterampilan kewarganegaraan yang efektif. Untuk beberapa hal ini dapat berarti Bil ingl of Rights dan cabang-cabang pemerintahan. Bagi yang lain seperti keterampilan mungkin melibatkan partisipasi dalam pemilu atau aspek lain dari proses politik.

Tujuan : mengembangkan ketrampilan yang diperlukan bagi kewarganegaraan yang efektif dalam demokrasi. Tujuan ini akan diselesaikan dengan :

1. memperoleh pengetahuan tentang bagaimana sistem politik kita beroperasi

2. memahami fungsi cabang pemerintah

3. memahami prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar
4. mengembangkan perencanaan, partisipasi, dan keterampilan pengambilan keputusan
Pernyataan Tujuan lain dapat dikembangkan sebagai berikut:
Tujuan adalah untuk mengembangkan rasa harga diri. Tujuan ini akan menemani ¬ plished melalui:
1. menjelaskan aspek dari konsep-diri

2. mengembangkan nilai-nilai pribadi

3. mengembangkan harga diri positif

4. memperoleh keterampilan yang terlibat dalam evaluasi diri

5. pemahaman aspek lingkungan yang mempengaruhi persepsi-diri

Contoh-contoh tujuan dalam bagian ini mencakup nasional, negara bagian, dan lokal. Karena mereka span beberapa dekade, barang-barang tertentu mungkin tampak ketinggalan zaman. Namun, tujuan kita di sini adalah hanya untuk mengilustrasikan tujuan jenis pernyataan bahwa kelompok-kelompok pada tiap tingkat telah berkembang.


TUJUAN UMUM

Tujuan umum mewakili seluruh program sekolah. Akibatnya, semua kegiatan sekolah harus berkaitan dengan tujuan-tujuan tersebut. Namun, karena kapasitas belajar bervariasi dari satu tahap perkembangan ke yang lain, berbeda tingkat sekolah atau unit memberi kontribusi berbeda untuk pelajar pencapaian tujuan luas. Dengan kata lain, anak-anak, transescents, remaja, dan orang dewasa masing-masing mengejar tujuan berdasarkan karakteristik perkembangan mereka yang berbeda.

Tujuan umum menentukan jenis pembelajaran yang berkaitan dengan tujuan yang dapat diharapkan pada tahap perkembangan tertentu. Sebagai contoh, dalam mengembangkan keterampilan kewarganegaraan, anak-anak dapat fokus pada kesadaran tentang hubungan langsung mereka dan lingkungan mereka. Transescents mungkin memperluas kesadaran untuk rekan-rekan dan masyarakat setempat. Remaja dan orang dewasa mungkin berfokus pada isu-isu yang lebih besar terkait dengan kesadaran nasional dan global. Dengan cara ini, setiap kelompok peserta didik berkaitan dengan cit ¬ izenship, tetapi pada tingkat yang sesuai dengan orientasi pribadi mereka dan kemampuan untuk mengerti.

Demikian tujuan umum mendefinisikan dua aspek penting struktur riculum-lingkup dan urutan. Lingkup mewakili kontribusi yang dibuat pada tingkat tertentu, seperti warga negara global selama masa remaja. Urutan mencerminkan (pengalaman rendah, dalam kasus ini dari lingkungan di masa kanak-kanak perspektif global pada masa remaja dan dewasa. Ini tidak berarti bahwa aspek tertentu kewarganegaraan ini diabaikan pada tahap-tahap lain. Sebaliknya, itu menunjukkan bahwa penekanan pemahaman ditempatkan pada setiap tahap.

Keuntungan tujuan umum dalam perencanaan kurikulum yang komprehensif adalah bahwa mereka menyediakan pedoman untuk setiap tingkat sekolah. Tanpa mereka, guru dan profesional lainnya dapat menyatu tentang apa yang mereka diharapkan untuk dilakukan. Akibatnya, harapan untuk pelajar mungkin tidak jelas dan tidak sesuai.

Perlu dicatat bahwa prosedur yang dijelaskan untuk perencanaan dan tujuan menganalisis berlaku juga untuk tujuan umum. Yang terakhir ini harus dikembangkan dalam terang daerah dasar dan melalui partisipasi luas. Mereka harus mencakup mengklarifikasi pernyataan dan mereka harus secara berkala ditinjau ulang. Dengan pemikiran ini, kita sekarang akan memeriksa ilustrasi pernyataan tujuan umum untuk setiap devel ¬ opmental panggung.

Salah satu upaya yang paling hati-hati untuk merumuskan tujuan umum di tingkat SD dilakukan oleh Mid-Century Hasil Komite di Pendidikan Dasar (Kearney, 1953). Melalui proses tematic ¬ sys, kelompok mencapai konsensus pada serangkaian pernyataan bahwa anggota dipandang sebagai "yang cukup penting bagi individu murid, atau kepada masyarakat, untuk memiliki tempat diakui dalam program reguler sekolah." Rekomendasi yang dihasilkan termasuk sembilan tujuan umum dan saran untuk bagaimana ini akan terwujud pada tiga tingkatan-ketiga, keenam, dan kesembilan nilai. Selanjutnya, ¬ tions illustra dari "menentukan kondisi" yang dibuat dalam kategori pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan kompetensi, sikap dan di ¬ terest, dan pola tindakan. Untuk tujuan kita di sini, Frame akan mencakup 4,6 untuk masing-masing tujuan umum hanya ringkasan dari klarifikasi yang terdaftar untuk akhir kelas tiga.

Middle Level Education (Transescence) Karena agak kurang luas dipahami dari "anak-anak" kita harus mendefinisikan istilah "transescence" sebelum kita membahas tingkat pendidikan ini. Mungkin pernyataan yang terbaik dibuat oleh Donald H. Eichhorn dalam The Middle School (1966):

Ketiga-Grade Klarifikasi untuk Tujuan Umum Ditentukan oleh Mid-Century Hasil Komite di Pendidikan Dasar

1.Pembangunan Fisik, Kesehatan, Body Care

2. Individu Sosial dan Emosional Pembangunan.

3. Perilaku etis, Standar, Nilai-nilai

4. Hubungan sosial (hubungan dengan orang lain)

5. Sosial Dunia

6. Fisik Dunia

7. Estetis Pembangunan

8. Komunikasi (seni bahasa)

9. Hubungan kuantitatif